(Danar, Satrio, Wahyu, Uwy)
Inilah tonggak awal perjalanan petualangan kami sebagai mai laip mai adpenture team. Kami bukan backpacker sejati, karena tidak mendetail dalam setiap jejak langkah kami (terbentur waktu). Kami juga bukan adventure sejati, karena kami tidak seekstreme para petualang (terbenture peralatan). Namun, kami punya identitas. Kami berada ada di tenga-tengah keduanya. Kami menyebut diri kami modern adventure. Mengambil sisi sedikit kemudahan, namun tidak meninggalkan unsur tantangan dan petualangan, serta sedikit berada di posisi eksklusif (boleh nggak sih...? Bolehlah...). Tuntutan kota Jakarta dengan segala kesibukkannya.
Kembali ke Palayangan. Kenapa jadi tonggak, karena ini jadi awal mula perjalanan petualangan kami yang sesungguhnya. Ya, beranggotakan sembilan awak, Danar, Marsal, Wahyu, Anggit, Uwy, Razif, Satrio, Anggita, dan Ipul, kami mengarungi setiap lekuk indah menantang milik Palayangan.
Mendebarkan. Adrenalin terpacu. Entah karena petualangan pertama, atau memang Palayangan memang sangat menjanjikan kami tak peduli. Satu yang pasti, kami mengitu tertantang di sana. Begitu terpesona, dan teramat sangat berkesan karena Palayangan mampu membuat bulu kuduk kami berdiri. Indah!
Akhir pekan ketiga bulan Juli 2009, kami menyusuri Sungai Palayangan. Konsep awalnya, kami hendak bertolak ke Bandung menggunakan motorcycle, namun karena jumlah dan waktu kami membatalkannya. Usai berdialog dari A sampai Z, kami putuskan untuk menggunakan mobil. Tak pelak, pencarian sewa pun cepat dilakukan. Setelah meliuk-liuk kesana kemari, mata kami akhirnya tertuju pada mobil ekspas tahun 90-an. Tua memang, namun kondisi lumayan layak, dan yang pasti murah sewanya, karena hanya 200rb per 24 jam.
Bertolak dari depan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pukul 22.01 WIB, kami menuju Bandung. Perjalanan memakan waktu 2,5 jam, dan kami telah berada di depan pojok pusat jajanan Jl. Asia Afrika Bandung. Usai makan malam dan berbincang, kami meluncur ke rumah pondokan kami yang gratis (numpang), maklum karena budget mahasiswa. Namun, tak sembarang tempat yang kami tumpangi, pasalnya rumah itu adalah milik Dinda Kania Dewi (aktris kenamaan Indonesia). Berkesan!
Minggu pukul 08.00 WIB, kami meluncur menuju Pangalengan (jarak tempuh sekitar 45 KM). Tiba di sana, istirahat sebentar, kami pun mulai prepare. Alat arung jeram kami sewa dari Reka Perdana, ngambil paket 4,5 Km dengan biaya 180 ribu.
Sebelum terjun langsung ke sungai Palayangan, kami diberi pembelajaran di Situ Cileunca, sebuah danau buatan dengan luas sekitar 14.000 m2 yang diperuntukkan untuk PLTA PLN Pangalengan, dikelilingi hutan pinus, perkebunan teh, dan kebun sayuran. Menakjubkan! Suasananya benar-benar alami.
Usai pemanasan, pertarungan pun dimulai. Walaupun relatif sempit, Sungai Palayangan memiliki gradien tinggi sehingga arus sungai cukup kencang dengan kelas jeram antara great III – IV. Lintasan pengarungan adalah sekitar 4 meter, dengan 14 jeram.
Baru mau menaikki kapal, Adrenalin sudah terpicu. Kami kesususahan, karena arusnya cukup deras. Butuh perjuangan. Dan menginjak jarak sekitar 30 kaki, kami sudah disambut dengan jeram Selamat Datang. Uwaaauuuuu... keren habis sob.

(Marsal, Razif, Anggit, Anggita, Ipul)
Selanjutnya, kami dihadapkan pada jeram-jeram yang lebih dahsyat macam rungkun, blender, es, kecapi, comba, anak domba, gadis 1, gadis 2 dan rahong. Blender adalah tempat paling menegangkan, karena perahu kami sempat mau kelipat. Selain itu, untuk keluar dari lilitan airnya, butuh kecepatan ekstra dalam mendayung.
Akibat terjalnya sungai, kami pun kerap terpental dari kapal. Suasana kian tegang, lantaran gaet kami juga suka menipu, dengan tujuan kami terjatuh dan minum air sungai. Selain itu, kepala kami (sebenarnya khususnya saya) banyak yang benjol, karena terbentur dayung rekan (paling resek Satrio).
Pertarungan dengan jeram-jeram penuh ketegangan ini memakan waktu sekitar 3 jam. Setelah itu, kami melepas lelah di saung masakan sunda, dengan hidangan ayam bakar. Guratan senja sudah mulai pudar, kami balik ke penginapan dengan diteruskan sesi belanja di Jalan Riau. Pukul 23.46 kami kembali je Jakarta.